PAPUA BARAT, JAGAINDONESIA.COM – Pengembangan industri berupa pabrik pupuk di Fakfak Papua Barat merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pemilihan lokasi pabrik di Fakfak tentu memiliki alasan dan pertimbangan tersendiri.
SVP Pengembangan Pupuk Kaltim Indardi menyampaikan dipilihnya lokasi di Fakfak selain untuk mendukung peningkatkan pembangunan di kawasan timur Indonesia, juga melihat ketersediaan gas alam yang cukup melimpah di Papua Barat.
Dengan begitu, Pupuk Kaltim melalui penugasan Pupuk Indonesia, menetapkan langkah strategis untuk mendekatkan aktivitas produksi dengan bahan baku agar lebih efisien dan memudahkan operasional. Terlebih, potensi pengembangan industri hilir berbasis gas, melalui rencana pembangunan pabrik Amoniak-Urea di Fakfak Papua Barat itu cukup menjanjikan.
Indardi menyebutkan, pengembangan pabrik ini melihat kebutuhan Urea dalam negeri yang diprediksi mencapai 6-7 juta ton di tahun 2030, sehingga pasokan yang lebih besar penting disiapkan secara optimal untuk mendukung pengembangan sektor pertanian dan ketahanan pangan di Indonesia.
“Pabrik Pupuk Kaltim di Papua Barat nantinya akan memiliki kapasitas 2 juta ton per tahun, terdiri dari 1,15 Juta ton Urea dan 825.000 ton Amoniak,” ucap Indardi pada Pra Forum Kapasitas Nasional (Forkapnas) III wilayah Papua-Maluku (Pamalu) tahun 2023 di Kota Sorong Papua Barat Daya dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat (23/6/2023).
Ia menjelaskan bahwa beroperasinya pabrik di Papua Barat pasti akan meningkatkan kapasitas produksi Urea Pupuk Kaltim saat ini sebesar 3,4 juta MTPY, dan Amoniak 2,7 juta MTPY dari pabrik di Kota Bontang Kalimantan Timur. Sementara untuk pabrik di Papua Barat, akan memiliki kapasitas Amoniak Plant sebesar 2.500 MTPD dan Urea Plant 3.500 MTPD dengan rata-rata produksi 2 juta MTPY.
“Dari total produksi tersebut, Pupuk Kaltim akan mampu menyumbang sekitar 80 persen kebutuhan urea nasional pada 2030,” sambung Indardi.
Proyeksinya, pembangunan pabrik Papua Barat menjadi langkah besar Pupuk Kaltim dalam fase pertumbuhan perusahaan, agar mampu menjadi industri amoniak dan urea kedua terbesar di Asia Pasifik yang berperan penting dalam global supply chain.
“Langkah ini pun sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, agar perusahaan BUMN bisa jadi pemain penting di kancah global. Sehingga penugasan ini tidak hanya baik bagi Pupuk Kaltim tapi juga perekonomian negara,” katanya.
Dalam paparannya, Indardi juga menekankan komitmen manfaat kehadiran pabrik pupuk di Fakfak untuk pemberdayaan masyarakat lokal di Papua Barat. Pasalnya, Pupuk Kaltim menargetkan pembangunan pabrik pupuk di Fakfak akan turut memberikan economic return di tingkat lokal maupun nasional, termasuk kemudahan pasokan pupuk bagi kawasan timur Indonesia melalui pemerataan distribusi, agar kebutuhan petani mampu terjangkau dengan lebih optimal.
“Pupuk Kaltim juga memperhatikan kapasitas pemberdayaan masyarakat lokal, dalam mendukung pengembangan industri berkelanjutan yang turut memberikan dampak terhadap penguatan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di Papua Barat,” ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Vice President Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Erwin Suryadi. Ia mengatakan pemerintah memiliki komitmen kuat dalam mengembangkan sektor energi, dan mempercepat pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi di Indonesia. Menurut Erwin, pihaknya juga berkomitmen untuk mendorong pemberdayaan masyarakat lokal diantaranya dengan penguatan pendidikan vokasi.
“Oleh karena itu melalui Forum Kapnas ini kita mendorong penguatan pendidikan vokasi untuk memberdayakan masyarakat Papua dan Maluku, supaya semakin terlibat dalam kegiatan hulu migas,” kata Erwin Suryadi.
SKK Migas memandang dengan potensi besar yang dimiliki itu, kawasan timur Indonesia harus siap berbenah diri dengan memulai menyiapkan SDM, badan usaha lokal serta kebijakan daerah yang tepat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan nasional. (UWR)